Jumat, 29 Agustus 2008

Marhaban Ya Ramadhan

Ku mengharapkan Ramadhan kali ini penuh Makna
Agar dapat kulalui dengan sempurna (Lirik Lagu Raihan)

Tak terasa setahun berlalu..
udah Ramadhan aja nich

Mari kita Senantiasa
Setting NIAT,
Upgrade IMAN,
Download SABAR,
Delete DOSA,
Approve MAAF
Hunting PAHALA.
Agar Kita Getting GUEST LIST Masuk SURGA-Nya.
Pulang ke kampung SURGA Yuuukkk!!!!
Pakai Mobil JIHAD yang Berbahan Bakar ISTIQOMAH,
Dengan Sopir KEIKHLASAN, Lewat Jalan IMAN.
Tapi ingat, Jangan Lupa bawa Peta QUR”AN & SUNNAH,
supaya tidak nyasar dijalan menuju-Nya, juga Bekal TAQWA.
Semoga kita ketemu disana atas izin-Nya.
Amin


Buat Semua temen-temen, Saudara2ku..
Mohon Maaf Lahir & Batin ya..

Jumat, 22 Agustus 2008

Lima Poin Pendidikan Anak Dalam Islam

Oleh Siti Aisyah Nurmi

Bunda,
apakah ilmumu hari ini?
Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu?

Bunda,
apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu?
Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi?

Bunda,
mari kita mengukir masa depan anak-anak kita.

Bunda,
mari persiapkan diri kita untuk itu.

Hal pertama Bunda,
tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak.
Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan.

Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.

Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)

Begitulah Bunda,
hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.

Kedua,
setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu.

Ada dua hal yang perlu kau amati:
Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.


Yang kedua, Bunda,
fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya. Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.

Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.

Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:

1. Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.

2. Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.

3. Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas. Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.

Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan.


Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.

Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah,
yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah,
yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh,
yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.

Bunda, jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut,
meskipun yang terpenting adalah Keteladanan (sebagai metode yang paling efektif).
Setelah bicara Metode,

ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri.

Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT. Setidak-tidaknya ada 7 bidang.
Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah:
(1) Pendidikan Keimanan
(2) Pendidikan Akhlaq
(3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran
(4) Pendidikan Fisik
(5) Pendidikan Sosial
(6) Pendidikan Kejiwaan/ Kepribadian
(7) Pendidikan Kejenisan (sexual education).

Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.

Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan?
Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini:

Selamat aqidahnya,
Benar ibadahnya,
Kokoh akhlaqnya,
Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan,
Jernih pemahamannya,
Kuat jasmaninya,
Dapat melawan hawa nafsunya sendiri,
Teratur urusan-urusannya,
Dapat menjaga waktu,
Berguna bagi orang lain.

Insya Allah, Dia Akan Mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi. Amin. Wallahua’lam, (SAN)
Catatan:
- Lima Poin Pendidikan Anak:
-1.Paradigma sukses
-2.Mengenal Tahapan dan Sifat
-3.Metode
-4.Isi
-5.Target.

- Buku Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) diterjemahkan dengan judul “Sistem Pendidikan Islam” terbitan Al-Ma’arif Bandung, dan buku Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam) diterjemahkan dengan judul Pendidikan Anak Dalam Islam


http://www.eramuslim.com/atk/btm/8810164842-lima-poin-pendidikan-anak-dalam-islam.htm

Menjadi Ibu Rumah Tangga, Berani?

diambil dari
Oleh Bayu Gawtama
Seorang sahabat mengungkapkan rencananya untuk mengundurkan diri dari perusahaan tempat kerjanya. Ia merasa tidak takut meninggalkan karirnya yang sudah belasan tahun dirintisnya dari bawah. “sayang juga sebenarnya, dan ini merupakan pilihan yang berat, terlebih ketika saya merasa sudah berada di puncak karir, ” ujarnya.

Lalu ke mana setelah resign? “yang ada di pikiran saya saat ini hanya satu, menjadi ibu rumah tangga. Sudah terlalu lama saya meninggalkan anak-anak di rumah tanpa bimbingan maksimal dari ibunya. Saya sering terlalu lelah untuk memberi pelayanan terbaik untuk suami. Bahkan sebagai bagian dari masyarakat, saya sangat sibuk sehingga hanya sedikit waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga dan warga sekitar”

Tapi, ibu nampaknya masih ragu? “bukan ragu. Saya hanya perlu menata mental sebelum benar-benar mengambil langkah ini”.
“Rasanya masih malu jika suatu saat bertemu dengan teman-teman sejawat atau rekan bisnis. Saya belum menemukan jawaban yang pas saat mereka bertanya, “sekarang Anda cuma jadi ibu rumah tangga?”
Saya tersenyum mendengarnya, mencoba memahami kesesakan benaknya saat itu. Teringat saya dengan seorang sahabat lama yang saat di sebuah forum wanita karir di Jerman lantang menjawab, “profesi saya ibu rumah tangga, jika di antara para hadirin ada yang mengatakan bahwa ibu rumah tangga bukan profesi, saya bisa menjelaskan secara panjang lebar betapa mulianya profesi saya ini dan tidak cukup waktu satu hari untuk menjelaskannya”.
Luar biasa. Sekali lagi luar biasa. Saya harus hadiahkan acungan jempol melebihi dari yang saya miliki untuk sahabat yang satu ini. Saya tuturkan kisah ini kepada sahabat yang sedang menata hati meyakinkan diri untuk benar-benar menjadi ibu rumah tangga, bahwa ia takkan pernah menyesali pilihannya itu. Kelak ia akan menyadari bahwa langkahnya itu adalah keputusan terbaik yang pernah ia tetapkan seumur hidupnya.
Naluri setiap wanita adalah menjadi ibu. Adakah wanita yang benar-benar tak pernah ingin menjadi ibu? Percayalah, pada fitrahnya wanita akan lebih senang memilih berada di rumah mendampingi perkembangan putra-putrinya dari waktu ke waktu. Menjadi yang pertama melihat si kecil berdiri dan menjejakkan langkah pertamanya. Ia tak ingin anaknya lebih dulu bisa berucap “mbak” atau “bibi” ketimbang ucapan “mama”. Tak satupun ibu yang tak terenyuh ketika putra yang dilahirkan dari rahimnya lebih memilih pelukan baby sitter saat menangis mencari kehangatan.
Ibulah yang paling mengerti memberikan yang terbaik untuk anaknya, karena ia yang tak henti mendekapnya selama dalam masa kandungan. Sebagian darahnya mengalir di tubuh anaknya. Ia pula yang merasakan perih yang tak tertahankan ketika melahirkan anaknya, saat itulah kembang cinta tengah merekah dan binar mata ibu menyiratkan kata, “ini ibu nak, malaikat yang kan selalu menyertaimu”. Cintapun terus mengalir bersama air kehidupan dari dada sang ibu, serta belai lembut dan kecupan kasih sayang yang sedetik pun takkan pernah terlewatkan.
Ibu akan menjadi apapun yang dikehendaki. Pemberi asupan gizi, pencuci pakaian, tukang masak terhebat, perawat di kala sakit, penjaga malam yang siap siaga, atau pendongeng yang lucu. Kadang berperan sebagai guru, kadang kala jadi pembantu. Jadi apapun ibu, semuanya dilakukan tanpa bayaran sepeserpun alias gratis.
***
Sahabat, bukan malu atau bingung saat harus berhadapan dengan rekan bisnis. Katakan dengan bangga baru sebagai ibu rumah tangga. Sebab sesungguhnya, mereka pun sangat ingin mengikuti jejak sahabat, hanya saja mereka belum mengambil keputusan seperti sahabat. Tersenyumlah karena anak-anak pun bangga dengan langkah terbaik ibunya. –Gaw, 2008-
**
sungguh luar biasa..
ungkapan diatas merupakan motivasi untukku..
Insyaallah keputusanku untuk menjadi Ibu Rumah Tangga sudah bulat
File-file dikantorku sudah mulai kurapikan, supaya pada akhir kerjaku dengan mudah serah terima pekerjaan.
Surat resign sudah ku Print sejak awal Agustus 2008
belum ada waktu yang pas untuk menghadap Bos
emm..terus terang..berat meninggalkan pekerjaan & rekan-rekan
tak akan lagi ada canda..tawa bahkan argumen
tapi lebih berat meninggalkan putriku seharian tanpa didampingi olehku
Anakku lebih membutuhkan mamahnya
Terlihat wajah ceria bila aku mengucapkan "Assalamualaikum" di pintu..sepulang dari kantor
segera menghampiriku..
saat ini penolakan aku bekerjapun sudah tercetus dari bibirnya
dengan tegasnya dia menjawab "Nda" bila aku izin kerja
Hanya saja Dasya belum banyak bisa bicara
terlihat bila aku sudah dirumah..kemanapun aku melangkah selalu diikuti..
Dasya takut ditinggal lagi..
Tapi..
selalu ku kasih pengertian kepadanya..
Insyaallah mamah akan brenti kerja..
Semuanya untuk Dasya..
Demi kebahagiaan kita
Bagiku Materi bukan segalanya untuk mencapai kebahagiaan
Biar papa yang bekerja keras untuk menafkahkan Kita
kalo ada kesempatan tidak ada salahnya mama bekerja di rumah
asalkan tetap bersama Dasya

HUT RI-63

Wuih..

Semangat peringatan HUT RI belum selesai

capek dua hari ikutan lomba dan bawa Dasya ikut serta Carnaval (18 Agustus)

tapi seneng banget..kumpul bersama para tetangga dan putra putinya

berjalan mengelilingi wilayah rumah sambil menyanyikan lagu kemerdekaan dan lagu-lagu nasional. Sayang sekali...Cameraku rusak... sedihnya..

ngga bisa mengabadikan putriku ikutan Carnaval..

Semoga tahun depan bisa ikutan lagi..sehat dan tidak ada halangan apapun..Amin

MERDEKA !!!!